Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sosial Budaya – Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, tidak hanya berfungsi sebagai panduan dalam pembentukan kebijakan pemerintah, tetapi juga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Artikel ini akan membahas nilai-nilai Pancasila dan bagaimana nilai-nilai tersebut terus berkembang dan relevan dalam kehidupan sosial budaya Indonesia hingga saat ini.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mencerminkan keberagaman agama di Indonesia. Meskipun negara Indonesia tidak memiliki agama resmi, nilai ini mengajarkan toleransi dan menghargai keberagaman keyakinan. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk saling menghormati dan merayakan hari-hari keagamaan sesuai dengan keyakinan masing-masing. https://www.creeksidelandsinn.com/

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Nilai kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan menciptakan masyarakat yang adil. Konsep ini tercermin dalam semangat gotong royong, solidaritas, dan kepedulian sosial di Indonesia. Berbagai kegiatan amal, bantuan sosial, dan program-program keadilan sosial menjadi bentuk nyata penerapan nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.

Persatuan Indonesia

Nilai ketiga, Persatuan Indonesia, menekankan pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Nilai ini sangat relevan dalam konteks Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Festival-festival budaya, kegiatan nasional, dan semangat bersatu dalam menghadapi tantangan bersama adalah wujud dari nilai Persatuan Indonesia.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menekankan konsep demokrasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Sistem pemerintahan yang demokratis, pemilihan umum, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan lokal mencerminkan penerapan nilai ini.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memandu upaya untuk menciptakan masyarakat yang adil dan setara. Program-program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta perlindungan terhadap kaum marginal adalah implementasi dari nilai ini.

Relevansi Pancasila di Era Modern

Dalam era modern yang penuh dengan dinamika globalisasi dan teknologi, nilai-nilai Pancasila tetap relevan dan memiliki peran penting dalam membentuk identitas bangsa. Meskipun masyarakat Indonesia terbuka terhadap pengaruh global, nilai-nilai tersebut tetap menjadi fondasi yang kokoh. Ketika berbagai tantangan muncul, seperti pandemi global atau perubahan sosial, semangat gotong royong dan persatuan bangsa seringkali menjadi kekuatan yang memotivasi masyarakat.

Pendidikan formal dan informal juga berperan dalam mengenalkan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Mulai dari sekolah hingga kegiatan keagamaan, nilai-nilai tersebut diteruskan dari generasi ke generasi. Organisasi masyarakat, lembaga sosial, dan kegiatan kebudayaan juga turut serta dalam mempromosikan dan memperkuat nilai-nilai Pancasila.

Kesimpulan

Pancasila bukan sekadar seperangkat prinsip di atas kertas, melainkan nilai-nilai yang hidup dalam jalinan kehidupan sosial budaya Indonesia. Dalam menghadapi perubahan zaman, Pancasila terus menjadi pemandu dan sumber inspirasi dalam membentuk masyarakat yang inklusif, adil, dan beradab. Dengan mempertahankan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, Indonesia tetap menjadi bangsa yang kuat, beragam, dan berdaya saing di panggung dunia.

Cara Menghadapi Pengaruh Sosial Budaya dari Luar – Pengaruh sosial budaya dari luar, terutama dalam era globalisasi, dapat membawa perubahan signifikan dalam cara kita hidup dan berinteraksi. Artikel ini akan membahas cara-cara untuk menghadapi pengaruh sosial budaya dari luar agar kita dapat tetap mempertahankan identitas dan nilai-nilai budaya kita.

Pentingnya Kesadaran Budaya

Langkah pertama dalam menghadapi pengaruh sosial budaya dari luar adalah memiliki kesadaran budaya yang tinggi. Ini melibatkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai, norma, dan tradisi budaya kita sendiri. Dengan memiliki landasan kuat dalam identitas budaya, kita dapat lebih mudah memfilter pengaruh luar yang dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku kita. hari88

Pendidikan dan Pemahaman Antarbudaya

Pendidikan yang berfokus pada pemahaman antarbudaya menjadi kunci untuk menghadapi pengaruh sosial budaya dari luar. Program-program pendidikan yang mempromosikan dialog dan pertukaran budaya dapat membantu mengurangi ketidakpahaman dan presepsi negatif terhadap pengaruh luar. Masyarakat yang teredukasi antarbudaya lebih mampu mengintegrasikan elemen positif dari berbagai budaya tanpa kehilangan identitas asli mereka.

Pertahankan Nilai-Nilai Tradisional dengan Kontekstualisasi

Meskipun kita terbuka terhadap pengaruh dari luar, penting untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional. Kontekstualisasi nilai-nilai tersebut dalam konteks modern dapat membantu menjaga relevansi dan keberlanjutan. Misalnya, dalam mengadopsi teknologi baru, kita dapat mempertahankan etika dan norma-norma budaya yang mendasari penggunaan teknologi tersebut.

Bentuk Komunitas yang Kuat

Komunitas lokal dapat menjadi benteng pertahanan yang kuat terhadap pengaruh sosial budaya yang mungkin merusak nilai-nilai tradisional. Melalui partisipasi aktif dalam kegiatan komunitas dan membangun jaringan sosial yang solid, kita dapat memperkuat ikatan sosial dan mempertahankan identitas budaya kita. Komunitas juga memberikan dukungan psikologis dan emosional dalam menghadapi perubahan budaya.

Kreativitas dalam Beradaptasi

Beradaptasi dengan perubahan adalah kunci untuk tetap relevan dan dinamis. Namun, penting untuk tetap kreatif dalam beradaptasi sehingga perubahan yang terjadi tidak mengorbankan integritas budaya kita. Mengintegrasikan elemen-elemen baru dengan cara yang kreatif dan inovatif dapat menghasilkan sintesis yang memperkaya budaya kita tanpa kehilangan identitas.

Berpikir Kritis terhadap Pengaruh Media Sosial dan Teknologi

Media sosial dan teknologi memiliki peran besar dalam membawa pengaruh sosial budaya dari luar. Penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap informasi yang disajikan melalui media sosial dan teknologi. Memilah informasi dan memahami konteks budaya di baliknya membantu kita menghadapi pengaruh dengan cara yang bijak.

Kesimpulan

Menghadapi pengaruh sosial budaya dari luar adalah tantangan yang perlu dihadapi dalam dunia yang semakin terhubung dan terglobalisasi. Melalui kesadaran budaya, pendidikan antarbudaya, dan kreativitas dalam beradaptasi, kita dapat tetap mempertahankan identitas budaya kita sambil tetap terbuka terhadap perubahan yang positif. Dengan membangun fondasi kuat dalam nilai-nilai tradisional dan memperkuat komunitas lokal, kita dapat membentuk masyarakat yang harmonis dan beragam.

4 Permasalahan Sosial Budaya yang Terjadi di Indonesia – Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, terkadang dihadapkan pada sejumlah permasalahan sosial budaya yang kompleks. Dalam artikel ini, kita akan membahas empat permasalahan utama yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia dan merumuskan pemikiran solusi untuk mengatasi tantangan tersebut.

Ketidaksetaraan Gender dan Diskriminasi Wanita

Permasalahan ketidaksetaraan gender dan diskriminasi terhadap wanita masih menjadi isu serius di Indonesia. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam meningkatkan akses pendidikan dan kesempatan pekerjaan bagi wanita, ketidaksetaraan dalam pengambilan keputusan dan perlakuan diskriminatif masih meruncing. Salah satu solusi yang perlu diupayakan adalah memperkuat pendidikan kesetaraan gender dan mendorong partisipasi aktif perempuan dalam berbagai lapisan masyarakat. https://hari88.net/

Konflik Agama dan Intoleransi

Tingginya tingkat keragaman agama di Indonesia, meskipun menjadi kekayaan, juga membawa tantangan. Konflik agama dan intoleransi seringkali muncul, memengaruhi keharmonisan masyarakat. Penting untuk membangun dialog antarumat beragama dan mendorong pendekatan inklusif dalam pendidikan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik antaragama. Pemerintah dan lembaga sosial juga perlu mengambil peran aktif dalam mendorong toleransi dan mengatasi potensi konflik.

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Kesenjangan sosial dan ekonomi masih menjadi masalah utama di Indonesia. Beberapa daerah masih menghadapi ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung pemerataan ekonomi, memastikan akses universal terhadap layanan dasar, dan mendorong investasi di daerah-daerah yang terpinggirkan. Program-program pelatihan keterampilan dan pendidikan vokasional juga dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi.

Pengaruh Media Sosial terhadap Nilai-Nilai Tradisional

Penggunaan media sosial yang semakin meluas di Indonesia membawa dampak signifikan terhadap nilai-nilai tradisional. Pemajuan gaya hidup modern dan paparan terhadap budaya luar dapat menyebabkan pergeseran nilai di kalangan masyarakat. Perlu ada upaya untuk mengimbangi perkembangan teknologi dengan pendidikan nilai-nilai tradisional. Kampanye kesadaran budaya dan penggunaan media sosial yang bijak dapat membantu mempertahankan warisan budaya Indonesia.

Kesimpulan

Permasalahan sosial budaya di Indonesia membutuhkan perhatian serius dan kolaborasi lintas sektor untuk mencapai solusi yang berkelanjutan. Pendidikan dan kesadaran masyarakat, dukungan pemerintah, serta partisipasi aktif lembaga sosial menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini. Melalui pemahaman yang mendalam terhadap akar permasalahan, bersama-sama kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan berkelanjutan di Indonesia.

Perubahan Sosial Budaya Penjelasannya, Faktor Pendorongnya – Perubahan sosial budaya adalah fenomena yang terus menerus terjadi dalam masyarakat. Dari evolusi nilai-nilai, norma, hingga pola perilaku, gambar perubahan sosial budaya memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat berkembang. Artikel ini akan membahas beberapa contoh perubahan sosial budaya dan faktor-faktor pendorong di baliknya.

Perubahan dalam Gaya Hidup dan Mode

Salah satu contoh nyata perubahan sosial budaya adalah evolusi dalam gaya hidup dan mode. Pada masa lalu, gaya hidup sederhana dan tradisional mungkin mendominasi, tetapi seiring waktu, masyarakat mulai mengadopsi pola hidup yang lebih modern dan seringkali dipengaruhi oleh tren global. Faktor-faktor seperti globalisasi, perkembangan teknologi, dan media sosial dapat mempercepat perubahan ini. hari88

Perubahan dalam Peran Gender

Perubahan dalam peran gender juga mencerminkan gambar perubahan sosial budaya. Dalam beberapa dekade terakhir, masyarakat mengalami pergeseran signifikan dalam persepsi terhadap peran gender. Wanita semakin aktif di berbagai sektor, termasuk di tempat kerja, sementara pandangan tradisional tentang peran gender mulai terkikis. Pendorong perubahan ini melibatkan perjuangan untuk kesetaraan gender, pendidikan yang lebih baik, dan perubahan nilai-nilai sosial.

Perubahan dalam Nilai-Nilai Keluarga

Nilai-nilai keluarga juga mengalami perubahan seiring waktu. Pada masa lalu, keluarga mungkin lebih menganut nilai-nilai konservatif dan tradisional. Namun, seiring dengan urbanisasi dan perubahan struktur keluarga, nilai-nilai seperti individualisme, kemandirian, dan kesetaraan dalam pengambilan keputusan keluarga dapat menjadi lebih dominan. Faktor-faktor ekonomi, pendidikan, dan eksposur terhadap berbagai budaya berkontribusi pada perubahan ini.

Perubahan dalam Pola Pangan dan Gaya Hidup Sehat

Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah melihat perubahan drastis dalam pola pangan dan gaya hidup sehat. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya nutrisi, kebugaran, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Faktor-faktor seperti peningkatan informasi kesehatan, tren kebugaran, dan perubahan persepsi terhadap kecantikan menyumbang pada perubahan ini.

Perubahan dalam Pendekatan Terhadap Teknologi

Pertumbuhan teknologi adalah salah satu faktor pendorong utama perubahan sosial budaya. Peningkatan akses ke internet, perkembangan perangkat mobile, dan kemajuan dalam kecerdasan buatan telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, bekerja, dan mengakses informasi. Perubahan ini menciptakan budaya digital yang terus berkembang dengan norma-norma baru dan interaksi sosial yang lebih dinamis.

Perubahan dalam Identitas Budaya

Globalisasi telah membawa perubahan dalam identitas budaya masyarakat. Orang semakin terbuka terhadap budaya-budaya lain dan mengadopsi elemen-elemen baru ke dalam identitas mereka. Faktor-faktor seperti migrasi, media internasional, dan pertukaran budaya berkontribusi pada gambar perubahan sosial budaya ini.

Kesimpulan

Gambar perubahan sosial budaya memberikan perspektif yang mendalam tentang bagaimana masyarakat berkembang seiring waktu. Faktor-faktor seperti globalisasi, teknologi, dan perubahan nilai-nilai sosial memainkan peran kunci dalam menggerakkan perubahan ini. Penting untuk terus memahami dinamika ini agar dapat mengakomodasi perubahan dengan bijak dan membangun masyarakat yang beradaptasi dan inklusif.

Бесплатные автоматы для видеопокера в онлайн-казино — это способ протестировать раунд, прежде чем принять решение о внесении первого взноса. Вы также можете выиграть реальные денежные призы во время этих онлайн-игр. Обязательно выберите хорошее место для онлайн-казино.

Playtech и Barcrest, как правило, являются теплыми агентами по недвижимости, связанными с играми в онлайн-видеослоты.

Mempertahankan Bentuk Seni Tionghoa-Indonesia Yang Unik

Mempertahankan Bentuk Seni Tionghoa-Indonesia Yang Unik – Keheningan menyelimuti Klenteng Hong Tiek Han, sebuah kuil tua bergaya pagoda yang terletak di perbatasan antara kota Arab Sunan Ampel dan Chinatown di sepanjang Jl. Kya-Kya di Surabaya, Jawa Timur. Aroma dupa dan lilin raksasa yang mengilap menyapa The Jakarta Post saat berkunjung pada 25 Agustus 2021.

Mempertahankan Bentuk Seni Tionghoa-Indonesia Yang Unik

Suara hiruk-pikuk tiba-tiba muncul dari tujuh alat musik tradisional Tiongkok, memeriahkan suasana. Duduk hampir seluruhnya tersembunyi di balik bilik kayu berwarna merah darah yang diwarnai dengan sentuhan emas, seorang dalang wayang mulai membacakan sebuah cerita. Ini adalah Sukarmujiono, 61 tahun, atau Ki Mujiono, yang membawakan cerita Si Djin Koei hari itu. premium303

Mujiono memegang boneka sarungnya dengan cekatan untuk menunjukkan bagaimana jenderal cerita rakyat dari dinasti Tang dengan berani memotong leher musuhnya untuk merebut kembali Tong Tiauw untuk rajanya, Le Si Bing. “Ini adalah salah satu cerita favorit penonton. Dan itu cukup legendaris,” kata Mujiono.

“Ada dua cerita andalan, Sie Djin Koe dan Kera Sakti ( Perjalanan ke Barat ). Keduanya adalah cerita yang bagus dengan banyak nasihat hidup yang berguna. Kisah-kisah seperti ini digunakan untuk memicu semangat orang dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam pertempuran,” tambahnya.

Meskipun dia orang Jawa tanpa akar Cina, Mujiono memiliki hubungan dengan wayang potehi sejak dia berusia 12 tahun. Semasa kecil, Mujiono hampir tidak pernah melewatkan pertunjukan wayang potehi oleh dalang setempat. Akhirnya, Mujiono belajar di bawah bimbingan dalang Gan Cao Cao, yang mengajarinya memainkan sanxian, kecapi berdawai tiga Tiongkok, serta kisah-kisah wayang potehi.

Melalui gurunya, Mujiono juga belajar bahasa Hokkien, bahasa yang digunakan dalam kebanyakan cerita wayang potehi. Pada usia pertengahan belasan tahun, Mujiono tidak hanya mendapatkan kepercayaan Gan untuk memberikan pengiring musik untuk pertunjukan wayangnya, tetapi juga menjadi dalang magang.

“Ada lima belas cerita dalam wayang potehi. Tidak seperti seni pertunjukan lainnya, cerita wayang potehi tidak boleh divariasikan atau diperbarui, karena [pertunjukan wayang] masih ritual,” kata Mujiono. “Jika Anda menceritakan satu cerita selama tiga hingga empat jam sehari, satu cerita akan memakan waktu sekitar dua hingga tiga bulan untuk menyelesaikannya.

Dan sebagai dalang, kita harus menghafal [cerita] dengan hati. Jika Anda tidak benar-benar mencintai mereka, saya pikir mereka akan sulit untuk dihafal,” katanya. Saat ini, Mujiono bukan hanya seorang se hu (dalang): Dia juga memimpin rombongan wayang potehi Kuil Hong Tiek Han, yang dia beri nama Lima Merpati (lima merpati).

Anggota kelompok adalah rekan lama yang telah bersama Mujiono selama lebih dari dua dekade, mempertahankan asimilasi budaya Cina dan Jawa. Saat pandemi melanda Indonesia pada Maret 2020, Klenteng Hong Tiek Han harus ditutup sesuai dengan pembatasan ibadah berjamaah.

Namun, pertunjukan wayang potehi tetap dilanjutkan, meski tanpa penonton. Setiap hari pukul 9 pagi, Mujiono dan rekan-rekan dalang mengangkat tirai pertunjukan wayang mereka. Bahkan, kelenteng ini hanya sekali menutup pementasan wayang potehi sejak tahun 1962, saat tragedi 1965 yang pecah pada 30 September 1965, yang lebih dikenal sebagai “G30S”, dan kekerasan anti-Cina yang menyusul. Kekerasan anti-Cina serupa meletus di tengah krisis sosial politik pada tahun 1998, tetapi Mujiono menolak untuk berbicara tentang apa yang terjadi padanya dan kuil saat itu.

Dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak, sebaiknya saya tidak memberi tahu.” “[ Wayang ] Potehi adalah ritus, bukan hanya hiburan. Meskipun kuil ditutup dan tidak ada seorang pun di sana, kami tetap [melakukan] dan kami akan selalu tampil. Kami tidak selalu tampil untuk manusia.

Kami juga tampil untuk para dewa”, katanya. Lahir di balik jeruji besi Menurut Wayang Topeng: Tradisi Menjadi Seni oleh Andry et. al., seni pertunjukan tradisional lahir di balik jeruji besi di Fujian di Cina tenggara, rumah bagi dialek Hokkien. Boneka tersebut diduga dibuat oleh seorang terpidana mati dari sisa-sisa pakaian saat menunggu hari eksekusinya.

Untuk mengusir kecemasan dan kegelisahannya, ia mengisi hari-harinya yang menegangkan dengan menceritakan kepada narapidana lain kisah-kisah warisan leluhurnya.

Ia menyemangati sesama narapidana dengan tampil di selnya, ditemani empat narapidana lainnya yang menggunakan alat musik dadakan untuk memberikan “musik”. Yang satu menggedor panci sementara yang lain menggetarkan jeruji, piring, dan peralatan apa pun yang mereka miliki untuk menghidupkan cerita itu.

Saking riuhnya, para sipir penjara dan napi lainnya pun ikut menonton pertunjukan di balik jeruji besi. Akhirnya, kaisar mendengar tentang pertunjukan wayang dan meminta kelompok itu untuk menampilkannya untuk rakyat. “Bahkan kaisar terkesan dengan penampilan mereka. Dan singkatnya, kelima terpidana dibebaskan dan tidak dieksekusi,” kenang Mujiono.

“Cerita itu beredar di kalangan pecinta wayang potehi. Inilah yang membawa kesenian tradisional ke negeri-negeri jauh, termasuk Indonesia, melalui nenek moyang [Cina] yang hijrah untuk berdagang.” Menghitung hari Selain Mujiono, master lain di Klenteng Hong Tiek Han adalah Supardi.

Mempertahankan Bentuk Seni Tionghoa-Indonesia Yang Unik

Usia keduanya tidak terpaut jauh, Supardi hanya empat tahun lebih tua. Di usianya yang ke-65, Supardi tak lagi punya tenaga untuk tampil reguler. Ia tampil sebagai pemusik dari waktu ke waktu, apalagi mengingat ia tak lagi punya waktu untuk hadir di pura.

Supardi tinggal di Lamongan, yang terletak lebih dari 50kilometer dari Surabaya, dan dia harus menempuh perjalanan sekitar dua jam untuk sampai di candi.

New Normal Sebagai Momentum Transformasi Sosial Budaya

New Normal Sebagai Momentum Transformasi Sosial Budaya – Dalam dua pekan terakhir, istilah New Normal menjadi perbincangan di banyak asosiasi di Indonesia. Meski kasus baru Covid-19 terus meningkat, tampaknya wacana penerapan New Normal terus menguat. Di sisi lain, tak sedikit pengamat mendesak pemerintah pusat untuk tidak terburu-buru menerapkan skema New Normal.

New Normal Sebagai Momentum Transformasi Sosial Budaya

Menurut Prof Irwan Abdullah, Guru Besar Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penerapan New Normal. Pertama, sebagai pernyataan artistik, New Normal berarti keberadaan Covid-19 menghadirkan pertanyaan besar tentang seberapa kuat budaya Indonesia. https://www.premium303.pro/

Apa jadinya ketika memasuki era New Normal, apakah budaya kita cukup elastis, apakah budaya kita memiliki ketahanan yang cukup kuat untuk bisa menemani atau menemani masyarakat memasuki era New Normal?

Kedua, New Normal dianggap sebagai preseden budaya. Melalui Covid-19 ini menjadi momentum sejarah karena banyak pihak belajar untuk hal baru.

“Sesuatu yang baru, misalnya mudik tidak harus sakral, melainkan situasional dan fungsional. Ini juga soal tradisi kumpul yang kuat,” kata Irwan, Jumat (29/5) di sela-sela UGM Talks bertema Persiapan New Normal pasca Pandemi Covid-19, Lahirnya Interaksi Sosial dan Budaya Baru.

Sebagai peneliti budaya, ia melihat masyarakat tidak bisa melawan Covid-19 dari segi kesehatan karena sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya, dan angka kematiannya terlihat jelas. Karena itu, jika ingin meningkatkan kekebalan tubuh, jalurnya sosial dan budaya.

“Ada kekuatan dalam masyarakat dan keluarga. Hal inilah yang menjadi tantangan sosial budaya untuk menemani masyarakat kita memasuki tahapan New Normal,” ujarnya.

Berbagai fakta empiris dari penelitian saat ini menunjukkan bahwa satu terinfeksi di rumah dapat menghancurkan satu keluarga. Satu orang di desa terkena dampak meski ODP hanya mampu mengganggu pertahanan satu desa.

“Dulunya desa disebut kokoh dan harmoni runtuh. Itu yang saya katakan tadi terkait kuatnya budaya kita. Jadi, kalau hari ini kita minta imunitas tubuh menjadi pondasi budaya, kita harus membangunnya kembali,” Irwan dijelaskan.

New Normal adalah tantangan besar. Meski begitu, cara menghadapinya diharapkan lebih rileks dan tenang agar imunitas tubuh tetap baik karena New Normal membutuhkan mekanisme budaya agar masyarakat cukup siap menghadapi.

“Kita harus mendefinisikan sudut New Normal lebih dekat, jadi New Normal itu tidak normal. Tapi bagi saya, itu adalah “upnormal” baru. Jadi, new upnormal tidak menggunakan “ab” sebagai abnormal, tetapi menjadi upnormal.

Mengapa? New Normal yang akan hadir di New Upnormal, artinya bermain upstream adalah salah satu tanda bahwa hidup kita akan menjadi instrumental, jadi seperti sekarang kita kuliah dengan Zoom dengan Google Meet, seminar dimana-mana terus. Semuanya biasanya dimulai; setiap hari , ada seminar New Normal,” jelasnya.

Irwan Abdullah berpandangan bahwa New Normal adalah peradaban baru. Semua tidak dalam normal lama dan beradaptasi secara alami.

Baginya, penekanan dalam situasi saat ini berfokus pada sudut pandang yang berubah. Kita perlu mengubah krisis dari jatuh menjadi bangkit. Ia berharap agar orang-orang tidak berhenti menjadi orang gagal, yang setiap hari hanya mengeluh, menangis, bahkan bunuh diri. Kita hadapi dan akan perbaiki ini bersama-sama.

“Ini membutuhkan transformasi sosial budaya untuk menjadikan mereka pemenang. Karena begitulah cara menghitung energi dan potensi daerah untuk menjadi co-fighting sehingga transformasi dapat kita capai,” imbuhnya.

Najib Azca, Ph.D., dosen Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, mengatakan dalam krisis selalu ada masalah dan tantangan baru. Namun, pada saat yang sama menghadirkan peluang baru, yaitu peluang baru untuk transformasi sosial.

Oleh karena itu, jika direspon secara positif, pandemi Covid-19 menjadi momentum yang sangat baik bagi bangsa untuk melakukan transformasi yang signifikan dengan membangun budaya baru, termasuk kedisiplinan.

“Disiplin ilmu ini merupakan salah satu cara menyikapi krisis yang awalnya merupakan krisis medis berupa pandemi yang kemudian berdampak pada krisis sosial, ekonomi, politik, dan lainnya. Hal itu memaksa kita untuk membangun budaya baru, tradisi baru dalam bentuk kehidupan. lebih sehat misalnya, atau melakukan kegiatan produktif dengan teknologi,” ujarnya.

Krisis besar berupa pandemi Covid-19 bersifat global dan dapat menjadi momentum transformasi yang signifikan. Masyarakat bisa membiasakan hidup lebih sehat dan produktif dengan teknologi, gambaran situasi yang mungkin selama ini malas untuk dilakukan.

“Dulu bisa pakai teknologi, tapi masih ogah-ogahan. Dengan adanya Covid ini mengganggu rutinitas kita. Untuk bertahan hidup kita harus membangun budaya baru, tradisi baru, termasuk disiplin baru, dan menurut saya tatanan sosial baru, kesehatan, dan disiplin produksi adalah krisis sekaligus peluang besar,” ujarnya.

Sementara itu, Novri Susan, Ph.D. dari Departemen Sosiologi Universitas Airlangga menyatakan bahwa sistem tanggap dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia tidak hanya didasarkan pada cara kerja sistem kenegaraan. Dia mengatakan bahwa ada timbal balik atau timbal balik dengan masyarakat.

Menurutnya, kuncinya adalah resiprositas, dan merupakan bagian dari konteks negara demokrasi; yaitu, orang berpartisipasi dalam partisipasi publik dan partisipasi organisasi.

Terkait dengan New Normal, dia mengatakan bahwa itu adalah proses konstruksi sosial, proses yang tak terhindarkan untuk menciptakan katup penyelamat. Namun, perkembangan dan dialektika saat ini sedang berlangsung.

“New Normal itu konteksnya, harus apa, harus ada norma umum yang memuat protokol kesehatan, semua harus mengikuti dan norma khusus seperti tempat umum, pendidikan, dan lain-lain,” ujarnya.

Bagi Novri di era New Normal, membangun struktur pengetahuan dan kesadaran lebih dari perlu. Individu memiliki pengalaman dengan disiplin, dan mereka tahu kepatuhan menciptakan keamanan.

New Normal Sebagai Momentum Transformasi Sosial Budaya

“Setelah kita memiliki pengetahuan di tangan kita, kita bisa membentuk tindakan,” katanya.

Tradisi Ondel-Ondel Yang Berada Di Indonesia

Tradisi Ondel-Ondel Yang Berada Di Indonesia – Bayangkan berjalan di jalan di Jakarta – kamera tergantung berat di leher Anda, sandal jepit menampar garis dasar ritmis dengan setiap langkah, krim matahari ada di pangkal hidung Anda – hanya untuk memutari sudut dan berhadapan langsung dengan orang boneka setinggi dua setengah meter, tersenyum gila dan menuju ke arah Anda.

Walaupun ini mungkin terdengar seperti skenario mimpi buruk bagi turis yang belum tahu, pertunjukan musik menggunakan boneka kayu besar adalah ritual tradisional Indonesia, dan acara yang membahagiakan bagi masyarakat. hari88

Di Jakarta, ibu kota Indonesia yang dinamis dan tanpa henti, ondel-ondel dapat dilihat berjalan di sekitar lingkungan yang berbeda setiap hari Minggu, meminta tidak lebih dari segelintir perubahan sebagai imbalan atas berkah.

Berasal dari budaya Betawi Indonesia dan dipraktekkan di Pasundan, di mana dikenal sebagai badawang, dan Jawa Tengah, di mana dikenal sebagai barongan buncis, ondel-ondel sama populernya di ibu kota Indonesia yang didominasi mal besar seperti halnya di desa pedesaan.

Membuat Ondel-Ondel

Karena ukuran wayang ondel-ondel, maka wayang harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mudah dibawa oleh satu orang. Anyaman bambu digunakan untuk membuat cangkang ondel-ondel yang berongga, bagian muka diukir dengan indah dari kayu, rambut diolah dengan hati-hati dari daun pohon palem yang dikeringkan,

dan struktur bambu yang membentuk bagian besar mereka dibungkus dengan hati-hati dengan pakaian yang cerah, sering kali yang khusus untuk tradisi Betawi. Biasanya ondel-ondel mewakili laki-laki dan istrinya.

Laki-laki sering kali berwajah merah dan memakai kumis yang mengesankan, sedangkan perempuan berwajah putih dengan bibir merah cemberut mengingatkan pada geisha. Kedua bagian dari pasangan bahagia ini mengenakan ikat kepala kembang kelapa yang runcing. sbobet asia

Upacara dan ritual tradisional adalah bagian besar dari kehidupan sehari-hari di Indonesia, dan bahkan keluarga paling modern di Jakarta tidak akan berpikir apa-apa untuk menghabiskan beberapa jam atau bahkan sepanjang hari menyiapkan persembahan untuk sebuah upacara.

Waktu komunal tetapi kontemplatif ini sama pentingnya dengan upacara itu sendiri, dan memberi orang kesempatan untuk beristirahat, berkumpul kembali, dan membuat sesuatu dengan tangan mereka, kegiatan yang sebagian besar dari kita jarang dilakukan.

Ondel-Ondel Menangkal Kejahatan

Dipengaruhi oleh adat istiadat Tionghoa dan Arab yang merembes ke bekas Hindia Belanda melalui migrasi, tradisi ondel-ondel dianggap dapat menangkal kejahatan. Bagi banyak orang, ondel-ondel mewakili roh jinak, leluhur yang telah meninggal yang mengawasi penduduk lingkungan dan keluarganya.

Selain itu, mengundang ondel-ondel untuk tampil di suatu upacara atau hajatan merupakan salah satu cara untuk melindungi tamu dari kekuatan jahat.

Meskipun takhayul tentang perlunya melindungi diri dari roh jahat tidak dapat dikatakan telah punah di Indonesia, beberapa pertunjukan rakyat serupa telah memudar dalam beberapa tahun terakhir, dan meskipun tradisi ondel-ondel masih dipraktikkan secara teratur di beberapa komunitas, hal itu juga telah menjadi sebuah atraksi turis.

Masa Depan Ondel-Ondel

Tradisi Ondel-Ondel Indonesia

Sulit untuk melewatkan pemandangan boneka setinggi dua setengah meter yang terombang-ambing di jalanan kota, namun semakin sulit untuk mengabaikan musik Tanjidor atau Gambang Kromong yang sering mengiringinya.

Pembuat boneka dan artis ondel-ondel modern, yang jasanya saat ini lebih sering diminta oleh hotel mewah daripada oleh tetua desa, telah mengadaptasi musik pengiring ondel-ondel agar menyerupai musik Kromong modern, dan akan membuat lebih banyak anak muda tertarik pada tradisi yang tidak biasa.

Berapa lama generasi termuda Indonesia melanjutkan tradisi ondel-ondel sudah bisa ditebak. Mustahil untuk mengatakan apa yang dipercayai oleh orang-orang dari suatu tempat atau budaya di masa depan;

Tapi saat ini, siapapun yang ada saat ondel-ondel datang dengan susah payah, satu hal yang pasti: setiap orang akan berhenti dan tersenyum dan menyerahkan uang sakunya – untuk berjaga-jaga.

Sosial Budaya Yang Terdapat di Pulau Bali

Sosial Budaya Yang Terdapat di Pulau Bali – Provinsi Bali terletak di bagian timur pulau Jawa. Provinsi ini termasuk dalam Kepulauan Nusa Tenggara. Kepulauan ini pernah disebut sebagai Sunda Kecil. Masyarakat Bali mendiami Pulau Bali yang kini menjadi provinsi dengan delapan kabupaten dan satu kota.

Masyarakat Bali tinggal di lingkungan yang disebut Pawongan, Pawongan sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu desa adat dan desa dinas.

Asas kekeluargaan Bali didasarkan pada asas patrilineal yang sangat dipengaruhi oleh bentuk keluarga patrilineal yang disebut dadia. Masyarakat Bali terbagi dalam kelas-kelas berdasarkan sistem dan hierarki sosial yang disebut wangsa (kasta). https://3.79.236.213/

Bahasa Bali

Bahasa Bali termasuk sebagai salah satu bahasa daerah atau daerah di Indonesia. Bahasa ini merupakan peninggalan zaman dahulu kala, prasasti kuno menunjukkan adanya bahasa Bali kuno yang berbeda dengan bahasa Bali masa kini.

Bahasa Bali kuno mengandung banyak bahasa Sansekerta, juga dipengaruhi oleh bahasa Jawa kuno dari zaman Majapahit. Saat ini bahasa Bali juga dipelajari oleh orang asing karena Bali banyak dikunjungi oleh pengunjung dari luar negeri.

Triangga

Triangga merupakan budaya sosial Bali khususnya dalam bidang arsitektur, konsep arsiteknya terdiri dari hulu, badan, dan kaki. Triangga dipandang sebagai miniatur alam semesta yang menjadi tempat segala aktivitas manusia. Bangunan ini melambangkan gaya yang datang dari delapan arah susunan waktu yang disebut astawara.

Orang Bali memiliki pertimbangan yang tepat ketika hendak membangun rumah, mereka percaya bahwa arah hadap rumah memiliki arti. Rumah yang menghadap gunung dianggap sebagai arah menuju alam maya, laut berarti alam neraka, barat berarti kematian atau kejahatan dan timur mengacu pada kelahiran dan kebaikan.

Gaya Busana Bali

Orang Bali memiliki selera gaya yang baik terutama dalam hal pakaian tradisional. Pakaian adat Bali memiliki ragam jenis mulai dari pakaian sehari-hari hingga pakaian upacara. Dalam kehidupan sehari-hari, anak laki-laki Bali diharuskan memakai hiasan kepala yang disebut Destar atau Udeng sedangkan anak perempuan memakai tengkuluk atau kancrik.

Seorang pendeta wajib mengenakan busana yang disebut Wastra atau Putih atau Kuning. Beberapa orang Bali memakai bunga di rambut mereka atau di daun telinga yang disebut sumpang.

Tari Tradisional

Seni adalah sesuatu yang krusial bagi kehidupan beragama Bali. Upacara keagamaan menggunakan berbagai unsur seni seperti seni, musik, tari, dan seni sastra sebagai seni sakral. Oleh karena itu banyak sekali tarian tradisional di Bali seperti tari topeng yang bertumpu pada legenda kehidupan dengan salah satu media tradisionalnya adalah wayang kulit.

Tarian tradisional lainnya seperti tari baris yang merupakan tarian perang tradisional yang memuja pejuang Bali yang hebat yang memenangkan perang. Penarinya menggunakan topeng raksasa atau topeng menyeramkan dengan mengambil cerita dari legenda Ramayana dan Mahabharata. Beberapa tarian tradisional Bali bahkan populer di dunia internasional seperti tari pendet, tari barong, atau tari kecak.

Musik Tradisional

Bali memiliki alat musik tradisional seperti rindik, kendang, cengceng, suling, dan gender. Rindik adalah salah satu alat musik yang terbuat dari bambu dengan nada selendro. Alat musik ini digunakan dalam upacara perkawinan dan acara pertunjukan yang dikenal dengan “Joget Bumbung”. Tari Joget Bumbung biasanya diiringi oleh sepuluh atau dua puluh pemain gamelan.

Kendang merupakan alat musik penting dalam gamelan Bali. Di Bali terdapat dua jenis kendang yaitu kendang wadon dan kendang lanang. Gender adalah alat musik paling tradisional di Bali yang biasanya dimainkan oleh empat orang untuk mengiringi wayang kulit.

Upacara Bali

Hampir seluruh bagian kehidupan masyarakat Bali diwarnai dengan berbagai upacara adat, sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan spiritual masyarakat Bali tidak lepas dari berbagai upacara ritual. Contohnya seperti upacara kelahiran yang terbagi dalam tiga golongan yaitu rakyat jelata, bangsawan, dan Bali Aga.

Upacara pernikahan yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kawin lari dan kawin ngindih. Sedangkan untuk upacara pemakaman, Bali terkenal dengan ritual ngaben yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Kerajinan Tangan

Provinsi Bali dianggap sebagai daerah yang kaya akan budaya. Salah satunya adalah aneka kerajinan yang diproduksi oleh masing-masing kabupaten di Provinsi Bali. Denpasar terkenal dengan seni pahat kayu, kerajinan perak, kerajinan garment, kerajinan batok kelapa, kerajinan kipas sandal dan kerajinan anyaman.

Sedangkan Kabupaten Bangli memiliki potensi tinggi dalam memproduksi kerajinan Bambu, kerajinan kayu (Desa Tembuku, Yangkapi, Abangsongan, Suter, Banua, dll), kerajinan emas, perak, dan kuningan (Undisan, Peninjoan, Apuan, Tenggahan, dll), dan Kerajinan Bambu.

Senjata tradisional Bali

Sosial Budaya di Bali

Keris adalah senjata tradisional Bali. Selain untuk bela diri keris bisa mewakili seseorang dalam undangan nikah. Menurut kepercayaan sebagian warga Bali, keris dapat menyembuhkan orang yang digigit hewan berbisa saat meminum air yang direndam keris.

Senjata lain disebut wedhung, wedhung terbuat dari logam yang ditempa dan gagang kayu yang telah diukir.

Ketiga adalah tiuk, tiuk sangat mirip dengan wedhung namun tiuk tidak digunakan sebagai senjata untuk perlindungan diri tetapi tiuk digunakan untuk memasak atau membuat sesajen.

Lainnya

Gecok:

Salah satu pembahasan yang tidak boleh dilupakan adalah makanan khas Bali. Gecok adalah salah satu makanan khas Bali. Hidangan ini terbuat dari daun pakis, daging dan santan. Menggunakan bumbu bawang merah, bawang putih, merica, gula pasir, kemiri, kunyit, terasi, daun jeruk, dan sedikit garam. Hidangan lain yang bisa ditemukan di Bali, seperti babi guling, lawar, ayam betutu, bebek betutu, dan sate pentul, kacang rahayu.

Lagu Rakyat:

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Bali memiliki banyak sekali budaya termasuk lagu daerah. Selama ini ada beberapa lagu daerah populer yang berasal dari Bali seperti Mejangeran, Macep-cepetan, Ngusak Asik, Putri Ayu, Meyong-Meyong, dan Ratu Anom.

Gapura Candi Bentar:

Rumah adat Bali identik dengan Candi Candi Bentar. Gerbang Candi Bentar terdiri dari dua buah bangunan candi yang memiliki bentuk yang identik dan diletakkan sejajar dengan gapura utama untuk memasuki area pelataran rumah atau gapura paling luar, biasanya merupakan pintu masuk utama sebuah pura atau tempat peribadatan umat Hindu di Bali.

Meski Bali kini menjadi kawasan modernisasi, sosial budaya di kawasan itu masih berkembang dengan baik. Ini bagus agar para pengunjung bisa mengenal dan mencintai budaya lokal.

Nyepi: Panduan Tahun Baru Yang Terdapat Di Bali

Nyepi: Panduan Tahun Baru Yang Terdapat Di Bali – Orang Bali menjunjung banyak festival dan perayaan tradisional, tetapi seperti banyak budaya lainnya, Tahun Baru membutuhkan perayaan khusus. Tahun Baru Bali adalah rangkaian urusan penuh perhatian yang mengelilingi Hari Nyepi atau Nyepi yang tenang dan penuh perhatian.

Baca terus untuk mengetahui lebih lanjut tentang kegembiraan dan ketenangan di sekitar Tahun Baru Bali yang memukau.

Sehari sebelum

Beberapa minggu sebelum Tahun Baru Bali, boneka raksasa yang menakutkan mulai bermunculan. Setiap desa menciptakan setannya sendiri dalam persiapan untuk Pawai Ngrupuk pada malam sebelum Hari Nyepi (Nyepi). Boneka raksasa ini dibuat terutama dari bubur kertas kemudian dilukis dan dihias sesuai kebutuhan. www.mustangcontracting.com

Makhluk Mitos Jahat

Pemuda dan anak-anak diorganisir untuk membangun boneka terbesar dan paling menakutkan untuk mewakili desa.

Boneka setan ini, disebut ogoh-ogoh, mewakili polutan atau gangguan alam dan kehidupan, termasuk roh jahat. Boneka yang menakutkan ini, yang sering kali diilhami oleh makhluk mitos jahat, akan sangat penting dalam prosesi pemurnian di malam hari sebelum perayaan Tahun Baru.

Umat ​​Hindu Bali banyak melakukan pembersihan dan persiapan untuk menyambut tahun baru. Salah satu ritual tersebut adalah Upacara Melasti yang merupakan salah satu ritual penyucian terbesar dalam budaya.

Dalam upacara ini, umat Hindu Bali akan mengenakan pakaian putih dan berziarah ke berbagai sumber air, seperti laut, untuk disucikan dengan air melalui ritual sakral.

Selanjutnya

Membawa sesajen dan benda sakral, umat Hindu Bali berbaris bersama dalam prosesi berjalan besar-besaran, yang berpuncak di pantai.

Prosesi berjalan dipimpin oleh para pendeta dan sesepuh, sebagai perintah dari musik gamelan tradisional dan mengiringi langkah-langkahnya.

Berbagai daerah dan desa memiliki cara tersendiri untuk melakukan prosesi yang berbeda.

Tetapi sebagian besar peristiwa sebelum Tahun Baru Bali berkaitan dengan pembersihan dan pemurnian – melepaskan dosa, ambisi tidak bermoral – untuk menyambut awal yang baru.

Prosesi kuil juga dilakukan.

Di pulau yang dijuluki ‘negeri seribu pura’ ini, hari sebelum Tahun Baru bisa dibilang paling sibuk; penduduk setempat mengerumuni rumah ibadah untuk berdoa agar tahun depan lebih baik.

Budaya Umat Hindu, Bali

Simbolisme adalah jantung dari banyak budaya, terlebih lagi bagi umat Hindu Bali, yang sering datang untuk beribadah dengan penuh hiasan, sarat dengan sesaji terbaik, semua dengan makna filosofis dan simbolik yang dalam.

Dari tedung yang seperti payung hingga makhluk mitos dan hiasan kepala pria, semua hal bersatu untuk mewakili penghormatan dan pemujaan tertinggi kepada para dewa.

Seiring berlalunya hari, persiapan lebih lanjut untuk Parade Ngrupuk yang epik terjadi di berbagai tempat.

Tidak lama kemudian, para pemuda dari setiap desa membawa kreasi mereka ke lingkungan sekitar, mencoba membuat penonton yang berbaris di jalan-jalan terkesan untuk melihat setan mana yang paling membuat mereka takut tahun ini.

Meski banyak dari boneka-boneka seram ini yang terinspirasi dari makhluk mitologis Hindu, ogoh-ogoh sebenarnya adalah tradisi baru yang ditambahkan ke rangkaian perayaan Tahun Baru di Bali. Pawai ogoh-ogoh pertama dilakukan pada tahun 1980-an di Denpasar, Bali.

Ogoh – Ogoh

Pawai berlanjut hingga malam, saat og0h-ogoh dibawa melintasi jalan-jalan utama dan desa-desa, seringkali berpindah arah dengan cepat untuk membingungkan dan menangkal roh jahat yang mungkin bersembunyi di sudut-sudut.

Saat kegelapan malam mendekat, suar dan obor menyala, menambah getaran mistis dari keseluruhan upacara.

Musik gamelan tradisional terus dimainkan sepanjang malam, menggemakan dentuman ritmis yang menghidupkan pawai.

Seperti semua orang yang terlibat dalam upacara ini, pemain gamelan telah disucikan dan didoakan oleh sesepuh setempat.

Saatnya mengucapkan selamat tinggal pada ogoh-ogoh yang mengerikan, bersama dengan ambisi berdosa, niat buruk, dan pengaruh jahat Anda, saat kejahatan simbolis dibakar, menandai puncak dari pawai.

Hari Nyepi

Hari Nyepi berarti persis seperti itu. Semua orang tetap berada di dalam ruangan dan menahan diri dari semua aktivitas, selain berdoa dan meditasi.

Bisnis, selain akomodasi atau beberapa logistik, ditutup seluruhnya. Siaran radio dan televisi dari mana pun di dunia tidak akan dapat diakses di seluruh pulau, terutama di rumah tangga setempat.

Tidak ada lampu atau api yang diizinkan, jadi gelap gulita pada malam hari. Tapi tidak masalah, toh tidak ada yang diizinkan keluar.

Pada 2018, beberapa daerah bahkan mulai memblokir koneksi internet dan mematikan listrik.

Suasana yang tenang memungkinkan siapa saja, baik penduduk lokal maupun turis, untuk mengambil waktu sejenak dari hiruk pikuk kehidupan modern dan benar-benar merenungkan serta merenungkan hal-hal yang lebih tinggi dalam hidup.

Banyak umat Hindu Bali bahkan mempraktikkan puasa sepanjang hari.

Nyepi: Panduan Tahun Baru Bali

Setelah Hari Nyepi

Sehari setelah Nyepi juga merupakan hari yang baik untuk menerima berkah dan penyucian dari para sesepuh, serta saling menebus dan memaafkan.

Setelah hari hening. banyak orang menunjukkan rasa terima kasih mereka atas berkat yang telah mereka terima sehari sebelumnya dengan berbagi dan memberi kepada mereka yang membutuhkan.

Daerah berbeda di Bali memiliki cara berbeda untuk merayakan dan menyambut tahun baru. Salah satu tradisi yang paling banyak menarik perhatian adalah festival omed-omedan yang diselenggarakan oleh banjar setempat (satuan Bali untuk lingkungan sekitar) Sesetan, Denpasar.

Festival ini mencakup berbagai pertunjukan tradisional dari musik hingga tarian dan hiburan dari pemuda setempat.

Tahun demi tahun, turis domestik dan asing berkerumun di lingkungan sekitar untuk melihat pertunjukan yang memukau dan mencicipi berbagai suguhan lokal di kedai makanan yang berbaris di sepanjang jalan dan menuju ke panggung utama.

Festival Ciuman

Menariknya, omed-omedan yang menjadi inti dari omed-omedan ini sebenarnya adalah bagian ketika para pemuda setempat saling berciuman, sehingga populer disebut ‘festival ciuman’.

Remaja putra dan remaja putri akan ditempatkan di sisi yang berlawanan – satu per satu, pasangan akan bertemu di tengah jalan dan saling mencium atau berpelukan.

Air, sebagai simbol pemurnian, juga menjadi inti festival. Selama prosesi berlangsung, panitia festival akan memercikkan air dari ember atau selang, yang akan disambut dengan sorak-sorai gembira dari para peserta, terutama anak-anak.

Festival ini mungkin terdengar aneh atau acak, tetapi omed-omedan membawa semangat yang sungguh-sungguh untuk berhubungan satu sama lain sebagai sesama manusia, menjaga ketertiban dan keharmonisan,

serta hanya sebagai cara untuk bersenang-senang dengan tetangga, keluarga, bahkan orang asing.

Back to top